Dilema Pesan Singkat

Thanks, ya, tadi aku sudah diterima dengan sangat baik, makasih banget…
Setelah solat magrib, baru kubuka sms darimu. Ya, tentu saja aku berusaha menghormatimu dengan membalas ucapan terima kasihmu. Walau sebenarnya aku merasa sudah sepatutnya aku menerimamu sebagai tamu sebaik yang aku mampu. 

http://gugling.com/wp-content/uploads/2010/08/sms_thegadget.jpg

Kembali ponselku berdering, kembali pula sms darimu muncul. Kurasa tak perlu kubalas, tapi apa iya kutinggal begitu saja? Terlalu lama berpikir, belakangan sms yang sama ternyata kembali kaukirim. Barangkali kaukira smsmu tak sampai atau bagaimana. Baiklah, aku balas saja pesanmu. Aku juga berusaha dengan berat hati bilang, kalau aku tak berniat membalas smsmu.

Kupikir kau kecewa dengan sikapku, dan memang benar—kau bilang padaku walau tak langsung. Aku pun jadi merasa sungkan ketika kau bilang sebaiknya aku berterus terang bila sedang tidak mood bersms.
Padahal sejujurnya aku sama sekali tak ada masalah dengan mood. Mood itu tidak penting, bagiku mengirim atau membalas pesan adalah tentang saling menghormati—dalam hal ini mengormatimu—mudah-mudahan aku tidak salah niat.

Aku senang, kau mau berteman denganku. Mengajakku berbincang, walaupun dengan sms. Aku menghargai itu dan berharap kita bisa menjalin pertemanan yang baik. Hanya saja kuharap kita tidak lupa, saat ber-sms, kita hanya berdua, laki-laki dan perempuan, yang bukan mahrom (bahasa Indonesia-nya apa, ya?) dan di sekeliling kita banyak syetan yang siap melancarkan bujukan-bujukan sesat yang menuju… ya, kau pasti mengerti arah pembicaraanku, pacaran misalnya. 

Menurutku, aku adalah orang yang toleran. Tetapi, pacaran adalah salah satu hal yang tak bisa kutolerir. Dan SMS, kupikir, adalah satu gerbang, satu jalan menuju apa yang orang bilang ‘pacaran’, itu fakta yang terjadi dan kupelajari pada teman-temanku. Maka aku selalu berusaha menghindari apa yang orang sebut ‘sms-an’.
Makanya, kau—mungkin teman yang lain—kerap menemui bahwa aku tak membalas sms yang kesekian, atau bunyi pesanku yang kubuat menghentikan pembicaraan. Aku tahu aku mengecewakan, bahkan dalam diam. Tetapi jujur saja, aku tidak menyangka kalau kau akan berterus terang tentang ketidaksukaanmu terhadap sikapku, dan aku bersimpati dengan ketegasanmu.

Aku sangat mengerti kalau kau tidak suka dengan caraku. Aku mengaku (cara itu) salah. Hanya saja aku tak punya cara lain untuk menghindari sms yang berlarut-larut. Tujuannya jelas sudah kukatakan, menghindari pacaran, minimal kalau kata ustadz yang di TV “zina hati”. 

Saat ini, aku memang tak ada uneg-uneg dalam hatiku selain aku senang berteman dengan orang sebaik dirimu. Tapi dalamnya hati dan kuatnya iman siapa tahu. Kalau imanku lemah di tengah jalan dan syetan berhasil membujuk di saat aku lengah, berhasil menghiasi ukhuwah di antara kita dengan virus dagdigdug, dan kaupun setali tiga uang, misalnya, sebaiknya jangan dibayangkan. Syetan itu lebih pintar dan halus dalam tipu dayanya.

Apalagi kau memang seorang yang baik dan menarik selama berteman denganku. Ah, imanku takkan cukup kuat bila ada banyak pesan singkat yang penuh chemistry itu. Bisa-bisa aku jatuh cinta denganmu di waktu yang salah ini.

Kecuali bila Allah punya rencana lain. Apapun itu jelas amat jauh lebih baik daripada jatuh cinta dikarenakan dihias-hiasi syetan. Naudzubillah.

Aku bisa mengerti kalau setelah ini kau menganggapku berlebihan. Itu wajar dan aku tidak bisa memaksamu mengerti. Aku juga insya Allah bisa menerima bila kelak kau merasa tidak cocok bergaul denganku. Tapi penjelasanku ini kuberikan karena aku tidak berusaha menutup-nutupi prinsipku dan agar di antara kita tidak ada salah paham, kata orang bule ‘misunderstanding’ ya?

Mudah-mudahan kau membaca penjelasanku ini. Kalau tidak, barangkali Allah menghendaki aku mengutarakan langsung padamu dan mudah-mudahan aku berani.
Mudah-mudahan kita berada di jalan yang benar.
Maaf dan terima kasih…

16 September 2010
Diskusi hati di Kalijaga…

18 comments:

  1. mudah-mudahan kamu gak salah langkah :)

    ReplyDelete
  2. Bagus n berkarakter banget... Kamu ga salah langkah n patut ditiru. Lanjutkan....

    ReplyDelete
  3. aku takut ga konsisten dgn ucapanku sendiri T.T

    ReplyDelete
  4. Aku yakin kamu pasti bisa konsisten dengan ucapanmu sendiri...

    ReplyDelete
  5. selaraskan hati dan ucapan dengan arahan ilmu yang kamu yakini. Hati manusia ga ada yang konsisten maka berdoalah agar hati tetap dlm agama A, tetap dalam thoat A, dst. Secara perbuatan mutawarik/hati2..... insyaA, kamu bisa og....

    ReplyDelete
  6. hahahahhahaaaaa....
    semangat,
    banyak lah beramal
    dan jauhi narkoba!!!

    STOP GLOBAL WARMING..

    step on ur side!!!

    ReplyDelete
  7. @dedden: matur nuwun komentarnya walau ga nyambung
    jauhi narkoba, stop global warming??
    1 desember itu hari AIDS sedunia kalii...

    ReplyDelete
  8. wuhhhhh edan. keren! 4 thumbs up deh!!!! :D

    ReplyDelete
  9. emmmm....ambil air wudlu saja. jika bisa bergerak 45 derajat di kuadran 1 (+ and +). jika toh turun masih tetap +, jika naik tetap +, jika dihubungkan akan jadi dinamika/trend. terus dan terus,ok. "ampuni dosa kuwulo, ampuni dosa ortu kulo, ampuni dosa tiyang islam sedoyo".

    ReplyDelete
  10. "jika dihubungkan akan jadi dinamika/trend"
    hmm... saya jadi ingat statistika, pak
    makasi ya pak

    ReplyDelete
  11. bagus juga prinsipnya, menurutku kayak gitu cut aja n terus terang, dari pada ga di bales dia ngrasa ga jelas, kasian.

    ReplyDelete
  12. kalau sudah terlanjur bagaimana?
    cara memperbaikinya?

    nyesel banget :(

    ReplyDelete
  13. kalo terlanjur ya? kalo bener2 mw menghentikan kan harusnya say the truth, walau nyesek juga.. lewat surat mungkin
    #pernahngalamin

    ReplyDelete
  14. bagus nabila sikapmu .. tapi saran sy , jujurlah ke pria itu klo cara sms itu kamu g suka. smakin kmu g bales smakin penasaran dia(dalam hatinya > jgn2 ak py salah, apa ya?) . klo kamu jujur pria akan tambah respek dn biasanya tambah ehem hehe :)

    ReplyDelete
  15. @riesta aduh, salah ya? wah selama ini saya ngga tau gmn bersikap dengan cowo atau pria(halah)
    ah yg ini uda lama berakhir ko, anyway, arigato gozaimasu :)

    ReplyDelete

Berbagi tak pernah rugi, bagilah ilmu Anda kepada kami. :)

    • Popular
    • Categories
    • Archives