Jannati Wannar

Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (Q.S. Al-A'raf: 43)

Iman

Sebab iman adalah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan laku perbuatan.

Quran Beloved

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al A'raf:52)

Belajar dari Mujahidah Senja

Oleh: Miftahul Jannah
4 Mei 2006 06:06 WIB

Jika gelap datang tiba-tiba
Ketika kita telah begitu terbiasa dengan cahaya terang-benderang
Sebijak apakah kita menyikapinya?


Saya sebenarnya tidak terlalu mengenalnya dengan baik, ya… tidak sebelum dia benar-benar menginspirasi saya. Dia adalah kakak angkatan saya. Tidak banyak aktivitas bersama yang pernah kami kerjakan. Sekedar bahwa kami sama-sama kuliah di satu universitas, satu fakultas, satu jurusan, dan melibatkan diri di sebuah komunitas muslim fakultas, namun juga di bidang yang berbeda.

Akwat Sejati

Seorang gadis cilik bertanya pada Ayahnya
“Abi…ceritakan padaku tentang Akhwat Sejati”
Sang Ayah pun menoleh dan tersenyum seraya menjawab


Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari

Saudariku, Ayo Berhijab!


Aku mendapatkan gambar ini dari seorang teman. Aku sangat berterima kasih padanya karena ia begitu peduli dengan wanita, khususnya cara kami berpakaian. pertama kali melihat gambar itu, aku tertawa. Itu loh, visualisasi wanita yang tidak berhijab. Lucu sekali penggambarannya, bahkan di situ digambarkan sambil bergaya, berbeda dengan gambar wanita berhijab yang berdiri dengan sopan. Gambar itu benar-benar jujur, menggambarkan realita yang ada bahwa masih banyak teman-teman kita yang masih berpakaian seperti itu.
Tapi yang bikin gambar itu sangat lucu buatku, aku seperti melihat diriku beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya orang tua telah mengajarkanku berpakaian yang benar sesuai syariat. Ibuku memberi contoh dengan menggunakan pakaian yang benar juga. Beliau selalu memilih dan memakai pakaian yang longgar. Yaa, walaupun beliau tidak menyukai rok, beliau selalu memastikan memakai celana panjang yang lebar dan tidak ketat. beliau juga memakai blus yang panjang menutupi paha. Sementara Bapak, semenjak aku memutuskan untuk berjilbab ketika kelas 4 SD, bapak selalu membelikanku pakaian yang pantas dan sesuai syariat: longgar dan tidak menerawang. Beliau bahkan tak jarang menyertaiku ketika aku hendak membeli pakaian baru.
Aku pun bertambah usia, dan seiring waktu berlalu, Bapak mungkin berpikir aku sudah dewasa, sehingga beliau tidak lagi menentukan pakaian-pakaian yang harus aku kenakan. Akulah sendiri yang harus menentukan sendiri. Awalnya kupikir itu tidak masalah, toh aku rasa aku tahu bagaimana cara berpakaian yang baik.
Tetapi ketika di SMA, sekitar kelas sebelas atau dua belas, aku diejek temanku karena pakaianku. Mereka bilang pakaianku kuno dan terlihat seperti bu-ibu. Mungkin karena pengaruh pergaulan, akhirnya aku mulai berani memakai celana jins ketat. Yaa walaupun aku masih memakai blus panjang yang menutup paha. Kadang-kadang aku sendiri merasa tidak nyaman dengan pakaian itu, tapi aku sungguh benci diejek teman-teman karena pakaianku. Benar-benar aku telah menjadi korban mode.
Tapi semuanya berubah ketika aku lulus danpindah ke lingkungan yang baru. Aku berkenalan dengan seorang teman yang pakaiannya islami, longgar, ia selalu menggunakan rok panjang. Suatu hari ia pernah berkata, kalau kita tidak dapat menjaga aurat kita, maka itu akan menimbulkan dosa bagi diri kita sendiri dan bagi orang yang melihatnya.
Dari situ aku menyadari pentingnya berhijab, menutup aurat, dan itu adalah sebuah keharusan. Dan untuk pertama kalinya, aku mengerti mengapa Ibu dan Bapak begitu cerewet dalam mengatur urusan berpakaian kami, anak-anaknya.
Sejujurnya, aku belum bisa dikatakan telah berhijab dengan sempurna seperti dalam gambar itu. Ya, aku Cuma punya satu gamis. Tapi aku berusaha berpakaian sesuai syariat. Aku tak lagi memakai celana jinsku yang ketat itu. Aku mulai memakai rok panjang yang dipadu dengan blus atau kaus yang longgar. Saat ini aku sedang mencoba menggunakan jilbab yang lebih lebar. Walau sempat ditertawakan dan diangap berlebihan, aku tetap ingin melakukan apa yang menurutku benar.
Aku sungguh berterima kasih pada orang tuaku, karena dengan didikan dan tuntunan mereka sedari kecil, aku tidak terlalu kesulitan untuk berusaha berhijab. Karena terbiasa, barangkali. Juga pada temanku yang mengigatkanku pentingnya menutup aurat. Sungguh suatu nikmat dari Allah aku dipertemukan dengan teman-teman yang begitu baik dan membawa kebaikan.
Saudariku, mungkin kalian menganggap ini berlebihan. Tapi semua yang kulakukan saat ini tak lebih bahwa aku ingin menutup aurat seperti yang Allah ajarkan pada kita. aku ingin jadi muslimah sejati, dimulai dari cara berpakaian kita. Aku lebih bahagia kalau kalian pun memiliki pikiran yang sama sehingga kita bisa mencapai surga bersama-sama pula.

See translation on this page.

Eight Conditions of Muslimah Wearing

In one chance of recitation, I was told that there are eight conditions women have to do in dressing as muslimat. From the picture I’ve shown you before, we know seven conditions. They are as below.


  1. Clothing must cover the entire body, only the hands and face may remain visible.
  2. The material must not be so thin that one can see through it.
  3. The clothing must hang loose so that the shape/ form of the body is not apparent.
  4. The female clothing must not resemble the man’s clothing.
  5. The design of clothing must not resemble the clothing of the non believing women.
  6. The design must not consist of bold design which attract attention.
  7. Clothing should not be worn for the sole purpose of gaining reputation or increasing one’s status in society.
One additional condition is that the clothing must not be given any fragrant which can attract one who smells it.
Next time, Insha Allah I will give you verses of Quran and hadiths which underlie those condition.

Keep istiqamah! :D

Sisters, Let's Get Hijab!



I got this picture from my friend. I really thank to him because he really cares 'bout women, especially women's clothing and appearance. I first laughed when I saw this picture. The picture of three girls not in hijab, that's really funny. Even the picture shows that the girls pose like models. That picture "tells" the truth, the fact that there are so many girls still get dressed like that.
But what makes it really funny to me is because I see my self some years ago. Actually, my parents teach me to dress as well as muslimat should dress. My mother always use loose clothes. Well, she doesn't like using long skirt, she likes using trousers but she always makes sure that they're loose. She also uses blouses which are long and cover thigh.
My father, since I decided to use jilbab when I was in fourth grade, he used to buy me appropriate dresses: loose and not thin. He often accompanied me when I want to buy clothes.

Tahan Uji

Jalan yg mulus dan lurus takkan menghasilkan pengemudi yg hebat.
Laut yg tenang takkan pernah menghasilkan pengemudi yg tanggu.
Langit yg cerah takkan pernah menghasilkan pilot yg handal.
Hidup yg tanpa masalah takkan pernah membuat orang menjadi kuat.
Karena itu, jadilah orang yg handal dan tahan uji dalam menerima tantangan hidup..!!
Allah menjadikan jalan hidupmu berbelok dan tidak mulus. Ada gelombang persoalan yg menghantam, langit yg kelam dan penuh awan serta badai..
Semua itu dibuat-Nya supaya engkau menjadi handal dan tahan uji dalam menghadapi hidup ini...
Maka,, Semangatlah...!!!!

share dari : Istri Sholihah

Are You Moslem? Then Recite!

English Version of this post

In this life, we are often overwhelmed by the questions, how to live this life, how to run the religion as a Muslim. Well' it's natural as human being. We as human beings who expect the face of his Lord will certainly make every effort to do as God wants. And that's why God sent down the Qur'an as a guide and the Prophet Muhammad has left hundreds guidance recorded in the Hadith.

After the Great Prophet's gone, the differences begin to arise. The latest is the discussion between me and my friend about the law of collective sacrifice.

Scrificing Collectively, Why Not?

English Version of My Previous Post
From a status of Shaun the Sheep, chatting of my friends and me on how the law of the collective sacrificing. This is interesting because so many people has wrong perception of this law. It could be that they only heard bits and pieces or totally not listening.


Not satisfied at our facebook chat, they sent me a message, blamed if the joint venture of cows more than seven people is invalid and unacceptable. Apparently they knew it from reading the Question and Answer, whether from books, the internet, I do not know.


[An-Nuur Q & A] Q: How does the law of sacrifice contributions in more than 7 people, for example, all student of a school fees, whether the sacrifice can be acceptable?
Answer: collective sacrifice to the cow a maximum of 7 persons, more than that is not valid as a sacrifice, its value is shodaqoh.

Once a message is received. I just laughed to myself. What kind of arguments that underlie it? Because when Eid al-Adha yesterday I was very busy taking care of the meat in the mosque, I promised my friend to explain it all. Unfortunately, after that I was so busy with the affairs of the college and I have the time to explain it now.
So the hadith about it  is like this, my friends: 

لاشتراك في الأضحية

عن ابن عباس قال كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فى سفر فحضر النحر فاشتركنا فى البعير عن عشرة والبقرة عن سبعة. رواه النسائ كتاب الضحايا - صحيح


From Ibn Abbas, he said, we were with the Prophet Muhammad in his way. Then came (the day) qurban slaughter. So we venture a camel (for) ten people and a cow (for) seven people. 

From this Hadith we can conclude that the joint venture in qurban is allowed. But it must be remembered, that seven or ten people rather than the maximum limits allowed a joint venture. I'm worried about my friend or teacher who taught him this hadith only examine bits and pieces. Note that hadith entirely. When the Prophet and his companions were on the road, and the coincidence that the joint venture as much as ten camels, cows and a joint venture of seven people, because they were so many in number during the trip. If at that time their numbers were not so, would be another sound hadith, did not it?

Then my friend also added that it should be a sacrificial goat. Who said? Let us refer to the following hadith.

حدثني يحي بن موسى حدثنا أبو بكر الحنفي حدثنا الضحاك بن عثمان حدثني عمارة بن; بد الله قال سمعت عطاء بن يسار تقول سألت أبا أيوب الانصاري كيف كانت الضحايا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال كان الرجل يضحي بالشاة عنه و عن اهل بيته فيأكلون ويطعمون حتى تباهى النس فصارت كما ترى. رواه الترمذى كتاب الاضاحى - صحيح

Atho 'ibn Yasar said, "I asked Aba Ayyub al-Anshoriy, how the slaughter qurban at the time of the Prophet Muhammad? He (Aba Ayyub al-Anshoriy) said, 'A man sacrificed a goat for him and his house expert (his family). They ate and feed (in humans) so proud (rejoice), then qurban is as you see (now).

Hopefully this explanation could open mind
my friends. Not too late, really. Insha Allah, hopefully next year we meet again with the Eid al-Adha, so we can sacrifice, although collectively....

Maharku

Melangkah ke Alam PERJUANGAN berarti rela dalam kepahitan...
Biarlah hidup penuh tangis, luka, kecewa, asal tetap berada di jalan-Nya...
Kita tak akan sanggup melawan qodarnya, kita tak akan sanggup selamanya terluka..
Tetapi ingatlah setiap tetesan Darah & Air mata itulah MAHAR kita ke surga-Nya...
JADI apabila kita ditanya mengapa Perjuangan itu PAHIT?
JAWABLAH: karena surga itu MANIS :')

courtesy: Mas Yuadhim S.

Ya Alloh, aku bersyukur karena aku tinggal di lingkungan yang baik. Ketika ada teman-teman yang melunturkan semangat dalam mencari pahala Allah, aku masih punya banyak teman yang baik, yang mau mengingatkan dan mau diingatkan, yang saling tolong menolong, saling mengajak untuk masuk surga bersama-sama, selamat dari neraka.

Sebab, "Nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan?"

Pelindung Lidah, Pelindung Hati

Selama lidah sibuk dengan dzikir, maka selama itulah ia akan terhindar dari kesia-siaan, bohong, ghibah, dan sebagainya. Karena lidah tidak berdiam saja, ia akan selalu sibuk. Entah itu dengan berdzikir atau dengan kesia-siaan. Demikian juga dengan hati, jika hati tidak sibuk dengan mencintai Allah, maka hati akan sibuk mencintai makhluk.

Sampeyan Muslim? Ngaji!

Dalam hidup ini, kita sering diliputi pertanyaan-pertanyaan, bagaimana menjalani hidup ini, bagaimana menjalankan syariat agama sebagai seorang muslim. Ya, itu wajar. Kita sebagai manusia yang mengharapkan wajah Tuhannya pasti akan berusaha semaksimal mungkin berbuat seperti yang Tuhan mau. Dan untuk itulah Allah menurunkan Alquran sebagai petunjuk dan Nabi Muhammad telah meninggalkan ratusan tuntunan yang tercatat dalam hadits-haditsnya.

Selepas kepergian Nabi, mulailah timbul perbedaan-perbedaan. Yang paling dekat, diskusi antara aku dan temanku mengenai hukum kurban secara kolektif adalah salah satunya. 



Sebenarnya, masalah itu tidak perlu diperdebatkan, karena hukumnya sudah jelas. Aku juga telah memberi penjelasan mengenai hal tersebut di postinganku sebelumnya. Aku sangat menyayangkan kalau ada pihak yang secara tidak bertanggung jawab langsung menghukumi sesuatu tanpa berpegang pada dalilnya. Punya dasar apa mereka menghukumi sesuatu.


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا 


Dan janganlah kamu mengikuti (mengerjakan) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.  (Al-Israa': 36)

Agama islam itu bukan sekadar Question and Answer, bukan sekadar “bolehkah begini, bolehkah begitu”, “apakah hukumnya?”, “bagaimana hukumnya”, “wajib atau tidak”. Islam bukan seperti itu. Islam memiliki hukum-hukum yang mengatur segala sesuatunya.



Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui hukum-hukum tersebut? Ada tiga: ngaji, ngaji, ngaji! Satu-satunya cara adalah kita harus mencari ilmu, bukan mencari, menuntut malah! Tentunya sumber yang paling valid, yang paling sah, dan terlengkap adalah Alquran dan Alhadits, bukan kitab karangan, buku-buku, atau jawaban-jawaban yang tidak menyertakan dalil atas pertanyaan-pertanyaan yang sering kita ajukan.



Dari ‘perdebatan’ itu, aku semakin yakin akan pentingnya mengaji Alquran dan Alhadits. Dengan mengaji, kita benar-benar mengetahui asal muasal suatu hukum dan bagaimana hukumnya. Andaikata aku tidak mengaji, tentu aku jadi ragu, apakah ibadahku sudah benar atau belum, dan mungkin aku akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan temanku. Tapi karena aku mengaji, aku yakin dan khusnudzonbillah bahwa ibadahku benar, sah, dan akan mendapat pahala yang Alloh janjikan pada hamba-hambaNya.



Satu lagi pentingnya mengaji. (Lagi) Aku ambil contoh diskusi dengan temanku mengenai qurban beberapa waktu lalu. Sebenarnya, temanku itu tidak seratus persen salah ketika mengatakan bahwa qurban kolektif itu tujuh orang untuk berqurban sapi, sepuluh orang untuk berqurban unta. Itu pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, tapi bukan menjadi hukum bahwa qurban patungan maksimal harus sekian, sekian, atau sekian. Tapi sepertinya ia hanya sepotong-sepotong mengartikan hadits tersebut tanpa melihat bagaimana riwayatnya. Atau ia hanya membaca potongannya saja. Nah di sinilah pentingnya mengaji dengan cara manqul, musnad, muttasil. Kita akan mendapatkan semuanya secara komplit, mulai dari penjelasannya, teknisnya, larangannya, aturan-aturannya, lengkap. Kalau kita hanya mengetahui sepotong-sepotong, maka penafsirannya akan berbeda, contohnya, ya masalah qurban kolektif itu tadi, iya kan?


 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِير


Niscaya Allah akan mengangkat derajat pada orang-orang yang beriman dari golongan kalian dan orang-orang yang diberi ilmu. Adapun Allah  tu waspada terhadap apa-apa yang kalian kerjakan. (AlMujadilah: 11)

Itulah mengapa, berulang kali kusiarkan pada teman-teman, ngaji yuk! Ayo kita mengaji Alquran dan Alhadits. Dengan mengaji Alquran dan Alhadits, kita akan mendapat kepahaman, kita jadi tahu mana yang benar, mana yang salah. Kita tidak akan terbawa arus, terbawa dengan pemikiran orang-orang karena jalan yang benar sudah ditunjukkan dalam Alquran dan Alhadits.

Kalau mengaku orang islam, tapi tidak mengaji, tidak mengetahui hukum-hukum agama Islam, apakah tidak malu pada Allah, Rasulullah, dan semua ciptaanNya?

Berqurban Secara Kolektif, Mengapa Tidak?

Berawal dari sebuah status tentang Shaun the Sheep, obrolan aku dan temanku berujung  pada bagaimana hukum tentang qurban secara koletif. Ini menarik karena banyak sekali orang salah persepsi tentang hukum ini. Bisa jadi mereka hanya mendengar sepotong-sepotong atau sama sekali belum mendengarkan.

Belum puas di facebook kami berbincang, mereka mengirimiku sms, menyalahkan kalau patungan sapi lebih dari tujuh orang itu tidak sah disebut qurban dan tidak dapat diterima. Ternyata mereka mengetahuinya dari membaca Question and Answer, entah dari buku, internet, entahlah.


[An-Nuur Q&A] Tanya: Bagaimana hukum iuran dalam berkurban melebihi 7 orang, misalnya satu sekolahan semua muridnya iuran, apakah kurbannya bisa diterima?
Jawab: kurban kolektif untuk sapi maksimal 7 orang, lebih dari itu tidak sah sebagai kurban, nilainya shodaqoh.

Begitu pesan yang kuterima. Aku hanya tertawa dalam hati. Dalil macam apa yang mendasari hal tersebut? Karena saat idul Adha kemarin aku sangat sibuk mengurus daging-daging di mesjid, aku berjanji pada temanku untuk menjelaskan semuanya. Sayang, setelah itu aku disibukkan dengan urusan kuliah sehingga baru punya waktu menjelaskannya sekarang.
Langsung saja. Jadi hadits tentang qurban secara kolektif itu seperti ini, teman-teman:

لْاِشْتِرَاكُ فِي اْلأُضْحِيَّةِ

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ النَّحْرُ فَاشْتَرَكْنَا فِى البَعِيرِ عَنْ عَشْرَةٍ وَالْبَقَرَةٍ عَنْ سَبعَةٍ.
رواه النسائ كتاب الضحايا -- صحيح

 
Dari Ibn Abbas, ia berkata, kami bersama Rasulullah SAW di dalam perjalanan. Maka datang (harinya) menyembelih qurban. Maka kami patungan seekor unta (untuk) sepuluh orang dan seekor sapi (untuk) tujuh orang.
Dari hadits ini kita dapat menyimpulkan bahwa patungan dalam qurban itu diperbolehkan. Tetapi harus dingat, bahwa tujuh orang atau sepuluh orang bukan batasan maksimal orang yang diperbolehkan patungan. Aku khawatir temanku atau gurunya yang mengajarinya hanya mengkaji hadits ini sepotong-sepotong. Perhatikan hadits tersebut seluruhnya. Ketika itu Nabi dan para sahabat sedang berada dalam perjalanan, dan kebetulan yang patungan unta sebanyak sepuluh orang, dan yang patungan sapi sebanyak tujuh orang, karena mereka memang jumlahnya sekian pada saat dalam perjalanan. Seandainya pada saat itu jumlah mereka tidak sekian, tentu bunyi haditsnya akan lain, iya bukan?

Lalu temanku juga menambahkan kalau kurban kambing itu harus seorang. Siapa bilang? Mari kita simak hadits berikut.

حَدَّثَنِيْ يَحيَ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبوْ بَكْرٍ الْحَنَفِيٌّ حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ عُثْمَانَ حَدَّثَنِيْ عُمَارَةُ بْنُ ؛َبْدِ اللهِ قَالَ سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ تَقُوْلُ سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوْبَ الاَنصَارِيَّ كَيْفَ كَانَتِ الضَّحَايَا عَلَى عَهْدِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّي بِالشَاةِ عَنْهُ وَ عَنْ اَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُوْنَ وَيُطْعِمُوْنَ حَتَّى تَبَاهَى النَّسُ فَصَارَتْ كَمَا تَرَى. رواه الترمذى كتاب الاضاحى -- صحيح 

Atho’ ibn Yasar berkata, “Aku bertanya pada Aba Ayyub Al-Anshoriy, bagaimanakah adanya menyembelih qurban di zaman Rasulullah SAW? Ia (Aba Ayyub Al-Anshoriy) berkata, ‘Seorang laki-laki menyembelih seekor kambing bagi dirinya dan ahli rumahnya (keluarganya). Mereka makan dan memberi makan (pada manusia) sehingga bangga-bangga (bersuka cita), maka qurban itu sebagaimana yang kamu lihat (sekarang).

Mudah-mudahan penjelasan ini bisa membuka pikiran teman-teman. Tidak ada kata terlambat, kok. Insya Alloh tahun depan mudah-mudahan kita dipertemukan lagi dengan Idul Adha sehingga kita bisa berqurban, walaupun dengan kolektif. 

Find the Answers, Search The Truth

Sometimes I quest,

“Why am I tried?”

    • Popular
    • Categories
    • Archives