Bagaimana Aku Melangkah?

Cita-citaku uuuu..
Ingin jadi profesor.
Bikin pesawat terbang.
Buatan sendiri.
nih, tongkronganku waktu kecil, Susan



Masih ingat lagu itu? Lagu itu dinyanyikan si Susan dan Kak Ria Enes dulu saat usiaku masih 2 tahun. Dulu aku seneng banget nyanyi lagu itu. Beda dengan jaman sekarang. Adikku yang paling kecil, sekarang umurnya mau empat tahun, tiap hari tongkrongan-nya acara tv Dahsyat, Derings, aduh apalagi itu pokoknya acara musik-musik. Mbaknya ini tentu aja ilfil sama kebiasaannya nyanyi lagu-lagu band. Dasar sama aja, sang mbak alias aku sendiri engga ngajarin baca quran, nasyid, kosidahan atau apa, malah rajin-rajin menularkan lagu-lagu Phil Collins ke adiknya. Parah! Adikku juga jadi suka tuh sama lagu-lagunya Phil Collins, apalagi soundtrack-nya Brother Bear. Dia bisa lho sekali-kali ngikutin lagunya walau mengeja saja belum bisa. 
waktu aku umur 2 tahun nih


Ingat lagu itu, jadi ingat saat aku masih kecil. Saat makan, pegang sendok saja belum bisa. Ketika mandi, mengangkat gayung yang ada airnya juga engga kuat. Pakai baju, bajunya pun dipilihkan ibu. Keinginan? Ah, jangan tanya! Bisa disebutkan satu-persatu dalam sruk belanja! Cita-cita? Sama sekali engga paham.
Ya, saat itu. Dan tahun-tahun berikutnya, selalu ada perkembangan. Di usia TK, saat ditanya apa cita-citaku, ya kujawab saja sesuai lagunya Susan. Tiap tahun pasti selalu ditanya apa cita-citaku dan jawabannya sering berubah, dasar engga konsisten! Kelas 2, 3, 4 punya ambisi jadi juara kelas. Kelas 5, kelas 6 sudah merancang cita-cita jadi guru TK. Saat SMP, berubah lagi jadi dokter, lalu jadi presenter, atau pembaca berita, atau wartawanlah minimal.

Saat SMA? Wah, waktunya serius memikirkan cita-cita. Makin banyak referensi, makin banyak pilihan, jadi bingung, apa yang harus kupilih. Ketika itu, baru pemilihan jurusan. IPA atau IPS. Akan jadi apa kalau aku di IPA? Akan jadi apa kalau aku di IPS? Langkah harus tetap maju, jadi jangan salah pilih. Apalagi, aku pernah mendengar ungkapan, “Langkah awal menentukan segalanya.” Bener engga-nya ungkapan itu sih sebodo amat, yang penting aku percaya. Lagipula saat kecil juga aku engga pernah denger yang begituan.

Di tahun senior di SMA, seorang teman mengingatkanku dengan ungkapan ini, “Menjemput impian itu selangkah demi selangkah,” dia bilang sih ungkapan itu aku yang bilang. Aku lupa tadinya. Tapi begitu ingat, aku jadi heran kenapa kata-kataku terdengar lebih bijak dari Confucius ya? **garukgaruk kepala.
Singkat cerita, begitu cita-cita sudah pasti engga berubah, mantaplah diri ini. Masa depan ada di hadapan mata. Tinggal step-by step dijalanin. Lalu seorang teman yang lain memberi nasihat. Bunyinya aku engga ingat, tapi yang aku tangkap kira-kira begini, “Manusia ketika melangkah setidaknya punya satu dari tiga tujuan. Satu; ingin ‘dipandang’ manusia, dua; ingin ‘dipandang’ Allah, dan tiga; ingin ‘dipandang’ Allah dan manusia. Tujuan yang pertama jelas salah niat, tidak karena Allah. Nah, kebanyakan orang memilih yang nomor tiga, biar dilihat Allah dan manusia. Padahal itu lebih salah lagi karena niatnya tidak murni karena Allah dan menyimpan syahwatan khofiyyah atau keinginan terselubung,
So what dengan niat terselubung? Subhanallah, bahkan sebuah niat, yang jadi urusan nafsi-nafsi, juga telah dikhawatirkan oleh Nabi sejak masa lalu.

عَنْ سَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَاخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِى الإِشْرَاكُ بِاللهِ أَمَا إِنِّى لَسْتُ أَقُوْلُ يَعْبُدُوْنَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا وَلَا وَثَنًا وَلٰكِنْ أَعْمَلًا لِغَيْرِ اللهِ وَ شَهوَةً خَفِيَّةً ٭ رواه ابن ماجه كتاب الزهد
Nabi bersabda, “Sesungguhnya apa-apa yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah menyekutukan Allah (syirik). Sesungguhnya aku tidak berkata tentang menyembah matahari, bulan atau berhala, melainkan amalan-amalan selain karena Allah dan keinginan yang samar. (Kitabul adillah hal.85)

Ah, aku jadi kepikiran. Selama ini, sejak TK sampai uda ga pantes lagi ditanyain, banyak orang yang menanyakan apa cita-citaku. Cita-citanya mau jadi apa dek? Mau jadi apa besok? Tapi dengan adanya nasihat dari teman tadi, menurutku pertanyaan yang paling esensial dalam hidup adalah apa tujuanmu hidup. Aku engga berusaha bijak, tapi setidaknya pertanyaan itu berhasil menamparku agar aku tau, cita-cita itu ternyata bukan tujuan, tetapi bagian dari tujuan.
adik-adiku lebih maju dari mbaknya nih

Cita-cita...tujuan...melangkah... cita-cita, ruwet juga nih. Dirunut dari keinginan yang terselubung, harusnya dari dulu aku sadar, tujuan hidup manusia ya kembali pada Allah. Ibarat kata lagu “Pergi untuk Kembali”, iya ngga. Bodohnya aku, petunjuknya dari dulu sudah tercantum di Quran Surat Adz Dzaariyaat ayat 56.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Sekarang, mudah-mudahan belum terlambat, sudah waktunya berjuang menata niat. Menata hati. Ya, butuh perjuangan, soalnya isi hati guampang buanget berubah-ubah. Berubah gara-gara tuntutan, gara-gara kata orang, bahkan Cuma diliatin orang aja bisa berubah tuh isi hati.

Padahal di depan masih banyak sekali langkah yang harus dijejaki. Masih ada cita-cita yang belum digenggam sebagai pegangan untuk meraih tujuan utama, Allah, Tuhan ingkang kagungan alam kabeh.
Yuk, menata hati, menata niat, selangkah demi selangkah menjemput impian, menuju tujuan sejati.
Wallahu a’lam

p.s.: terima kasih kepada
orang-orang dibalik penulisan artikel ini
  • Mum dan Bapak, alhamdulillah jaza kumullahu khoiro untuk perhatian kalian sampai sekarang Ufa uda jauh melangkah, cinta Ufa engga bisa ditulis di sini.
  • Suudi Ridwan, alhamdulillah jaza kallahu khoiro untuk nasihat-nasihatnya. Yah, wajar kalau kau menertawakan blogku mas. Blog ini uda pernah mati suri dua kali, jadi aku bisa terima kalau kau menertawakannya.
  • Nanang Rudianto Ariefta. Hi, mas. Bagaimana kau melangkah

4 comments:

  1. tv nggak nyala nab?

    ReplyDelete
  2. nyala, enak aja van
    waduh, cahayaaaa

    ReplyDelete
  3. semoga "investasi" ini tak tergerus oleh berbagai makanan non "organik". selamat.

    ReplyDelete
  4. amiin,terima kasih bapak! tetap semangat dengan "proyek hijau"nya ya bapaak..

    ReplyDelete

Berbagi tak pernah rugi, bagilah ilmu Anda kepada kami. :)

    • Popular
    • Categories
    • Archives