Terapi Doa: Senjata Para Mukmin

Aku ingat suatu malam ketika Bapak mengerang kesakitan di bagian dadanya. Tak ada yang bisa kulakukan saat itu selain mengambilkannya air putih, minyak gosok, atau apapun yang kupikir bisa menghentikan sakitnya. Di tengah kepanikan itu aku melihat ibu berusaha terlihat tetap tenang dan berdoa walau kutahu beliau sangat khawatir. Lalu aku melihat Bapak yang juga membaca doa dengan mata terpejam menahan kesakitan. Aku pun akhirnya duduk di samping ibu, ikut berdoa, dan saat itulah aku merasa benar-benar bicara pada Allah. Aku meminta padaNya.

sumber: google


Malam itu telah berlalu. Meski jantungnya sudah tidak dalam kondisi prima—tidak seperti yang dulu, maksudku—aku senang melihat Bapak kini menjalani kehidupan seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Doa kami mendapat jawaban.

Pernah aku mendengar, doa adalah senjata orang iman. Kau tentu tahu cerita-cerita para nabi yang berperang dan kemenangan-kemenangan dengan iringan doa.
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ *وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Ali ‘Imron: 146—147)

Aku berprasangka baik kau pun ingat cerita tentang Nabi Daud ketika beliau dan pasukan orang iman yang dipimpin Thalut berperang melawan Jalut.

وَلَمَّا بَرَزُواْ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُواْ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Albaqarah: 250).

Kekuatan doa yang telah ditulis dalam Alquran, dewasa ini diteliti kebenarannya secara ilmiah. Menurutku itu bagus, walaupun seharusnya kita tak perlu mempertanyakan kebenaran Alquran yang Allah turunkan kepada kita.

Sejak tahun 1995 para pakar terkemuka dari Universitas Harvard, setiap musim dingin secara rutin mengadakan konferensi bertema "Spritualitas dan Penyembuhan". Sejauh ini sudah terdapat 1.200 laporan penelitian mengenai kepercayaan kepada Tuhan dan kesehatan. Kesimpulan sementara yang ditarik, berdoa secara teratur ternyata meningkatkan mutu kesehatan dan mempercepat penyembuhan.

Lain lagi dengan penelitian yang satu ini. Dra Sri Kusdyantinah dari Fakultas Pascasarjana Universitas Nasional menganalisis doa sebagai energi. Menurut Kusdyantinah, doa sama dengan pikiran, yang pada hakikatnya adalah ENERGI. Untuk mengukur frekuensi energi PIKIRAN, bisa dilakukan dengan alat kedokteran yang disebut “Electro-Encephalograf.” Sedang untuk mengukur frekuensi DOA, pernah dicoba dengan pemotretan listrik berfrekuensi tinggi, Metode KIRLIAN.

Kusdyantinah lantas menunjukkan eksperimen yang pernah dilakukan bersama Dr Sutisna Sastrawijaya, kepala Study Centre LAPAN (Lembaga Antariksa Penerbangan dan Aeronautika Nasional).

“Hasil eksperimen membuktikan bahwa setiap “Asmaul Husna” memiliki ciri-ciri spesifik yang khas ketika dicoba dengan pemotretan “Metode Kirlian”,” ujarnya.

Ketika itu, menurut Kusdyantinah, ia bersama beberapa orang disuruh membaca lafal “Yaa Rahmaan Yaa Rahiim” pada sebuah gelas berisi air putih beratus-ratus kali. Kemudian gelas itu dipotret dengan metode Kirlian. “Hasilnya, ternyata suatu rekaman yang memvisualkan warna biru keemasan. Warna itu sama dengan warna biru kemasan yang berhasil direkam dari potret Ibunda theresia, pemenang Nobel dari India”, ujar Kusdyantinah menerangkan.

Pemotretan dengan metode Kirlian itu lantas dicobakan lagi dengan mengucapkan lafal “Yaa Hayyu, Yaa Qoyyum” pada sebuah gelas berisi air putih. Hasilnya, ternyata rekaman warna kecoklat-coklatan yang nyaris seperti warna teh. “Dan, air dalam gelas itu diminumkan kepada orang yang sakit lumpuh menahun, ternyata orang itu bisa sembuh dalam beberapa hari,” kata Kusdyantinah.

Kirlian Efect sebagai hasil dari “high frequency photography”, menurut Kusdyantinah, mampu menangkap emanasi cemerlang dari sekitar tubuh manusia. “Karena tubuh manusia akan nampak memancarkan sinar apabila ditempatkan pada sebuah medan arus lstrik yang berfrekuensi tinggi. Dan demikianlah, doa yang diucapkan seseorang pada tahap tertentu akan menampakkan pancaran sinar apabila ditangkap dengan pemotretan metode Kirlian,” ujarnya.

Kusdyantinah menjelaskan bahwa pemotretan listrik berfrekuensi tinggi metode Kirlian dan Electro-Enchepalograf adalah alat-alat hasil teknologi yang bisa merekam dan memvisualisasikan sinar-sinar berwarna.

Wallahu a’lam. Laa hawla wa laa quwwata illa billahi. Subhanallah. Apa lagi yang harus kuucapkan? Betapa beruntungnya kita.

sumber:
http://howto-bagaimana.blogspot.com/2009/08/doa-dan-penyembuhan.html
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/message/5468

4 comments:

Berbagi tak pernah rugi, bagilah ilmu Anda kepada kami. :)