Terapi Iman

Iman? Seingatku ketika aku belajar agama islam di sekolah, definisi iman pasti keluar dalam soal ujian. Iman artinya percaya, begitu buku pelajaran mengatakannya. Aku pun menulis hal yang sama ketika menjawab pertanyaan dalam ujian. Mengenal rukun iman juga menjadi kurikulum kelas satu SD semester satu—adikku kelas satu SD saat ini. Kalian pasti ingat bagaimana buku pelajaran menjelaskan iman kepada Allah. Ya, kau betul! Iman kepada Allah adalah percaya kepada Allah. Iman kepada malaikat adalah percaya kepada malaikat, bla bla bla… begitu seterusnya.
sumber: google


يَقُوْلُ ذَاقَ طَعْمَ اْلإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّ وَبِالإِسْلَمِ دِيْنً وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلً ٭ رواه مسلم في كتاب الإيمان

Nabi bersabda, “(Orang yang) Merasakan pada rasanya keimanan (yaitu) orang yang ridho (apabila) Allah menjadi tuhannya, Islam menjadi agamanya, dan Muhammad menjadi utusan,”


قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ....ِلحديث٭ رواه البخاري في كتاب الدعوات

Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang iman melihat pada beberapa dosanya seperti seakan-akan ia duduk di bawah gunung dan takut ia apabila (gunung itu) berjatuhan (menimpa) atas dirinya. Dan sesungguhnya orang yang menyimpang melihat pada beberapa dosanya seperti lalat yang lewat pada hidungnya,”

Sering aku mendengarkan nasihat kalau keimanan dapat membuat hati selalu bahagia, tentram, yah, pokoknya yang baik-baiklah (maksa), mengingat orang yang memiliki keimanan menjalani kehidupannya dengan seimbang. Ketika waktunya bekerja ia akan bekerja. Ketika ia beribadah ia akan beribadah. Ia bekerja karena ia iman, ia percaya pada Allah Yang memerintahkannya untuk bekerja. Ia solat dan membaca quran—serta memahami isinya—pun karena ia memiliki iman, ia memiliki keyakinan bahwa Allah akan menganugerahinya pahala yang besar. Juga ketika ia mengalami masalah, ia akan menyerahkan segala urusannya pada Allah. Ia percaya Tuhannya akan menyelesaikan segala permasalahannya. Jadi menurutku itulah mengapa orang yang beriman akan selalu merasa bahagia dan tidak merasa kekurangan.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S. Al-anfal: 2)

Kau tahu, manfaat keimanan yang kita percayai sebagai anugerah dari Allah ternyata dapat ditelusuri secara ilmiah kebenarannya.
“Kontribusi iman terhadap korteks amigdala terjadi ketika melakukan transaksi atau memberikan sinyal berupa muatan nilai yang dapat dijadikan dasar pijakan bagi neokorteks dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. Ini dilakukan agar amigdala memberikan respons terhadap tiap rangsangan (stimulus) dengan respons normal, positif, bukan respon darurat dan negatif.
Misalnya peristiwa seorang ibu ketika menghadapi kematian anaknya karena suatu kecelakaan.Rangsangan yang berupa peristiwa kematian ini berjalan dari retina mata dan atau telinga ke batang otak, menuju thalamus. Di thalamus, rangsangan itu diformat sesuai bahasa otak. Sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan hipokampus dan sekitarnya, lalu sebagian besar dikirim ke neokorteks. Di neokorteks inilah rangsangan dianalisis dan dipahami.

Hipokampus adalah tempat bagi ingatan dan penyimpanan berbagai pesan–termasuk pesan keagamaan, seperti pesan, ‘Harus sabar bila tertimpa musibah; segala sesuatu itu tidak lepas dari kehendak Allah; kehendak Allah SWT. Adalah keputusan terbaik’. Maka hipokampus, sesuai dengan fungsinya, memberikan makna dari rangsangan kematian itu dengan makna yang normal dan positif. Jika hipokampus tidak pernah menyimpan pesan keagamaan, bisa jadi rangsangan kematian itu oleh hipokampus diberi makna cemas, depresi, atau stress dan sejumlah momen-momen darurat lainnya.

Sementara itu, neokorteks prefrontal kiri mengendalikan prefrontal kanan–di mana perasaan cemas, depresi, dan agresif bersarang-agar menerima rangsangan kematian itu dengan analisis respons kesabaran, positif dan normal. Jika kedua neokorteks kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan itu diterima sebagai suatu kesabaran, kepastian keputusan itu dikirim ke hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan kesabaran ketika menerima musibah itu pernah tersimpan dalam memori hikampus. Jika ragu-ragu, rangsangan itu berpindah-pindah dari amigdala, hipokampus, dan korteks sampai akhirnya mencapai kepastian. Jika ya, rangsangan itu dikirim ke amigdala yang mempunyai serangkaian tonjolan dengan reporter yang disiagakan untuk berbagai macam neurotransmitter, mengirim ke wilayah sentralnya, menghidupkan hipotalamus, batangotak, dan sistem syaraf otonom."begitulah  Dr. Moh. Sholeh menerangkan.

Alquran dan alhadits telah memberi kita gambaran atau ciri-ciri orang iman. Allah telah menjanjikan manfaat yang begitu besar apabila kita beriman. Nabi Muhammad juga telah mengajak seluruh manusia agar beriman. Jadi, apa kita akan menolak ajak beliau?

2 comments:

  1. waduh bahasanya tinggi banget tuh yang tentang otak...hehehe
    teruslah berkarya:)

    ReplyDelete
  2. wah ada mas yusup juga...hehe
    ternyata nemu artikel mantap nih.
    keep posting, semoga makin barokah.^^

    ReplyDelete

Berbagi tak pernah rugi, bagilah ilmu Anda kepada kami. :)

    • Popular
    • Categories
    • Archives