Dua orang gadis. Yang satu memegang tumpeng, yang lain memegang sebuah poster bertuliskan, "Happy Birthday!! We love you :* :*" Dan seorang lelaki mengabadikan kisah itu dalam sebuah bidikan kamera. Ketiganya tersenyum.
***
Hmm.. apa yang orang sebut sebagai ulang tahun itu... menurutku bisa jadi salah satu tolok ukur, seperi apa sih diri kamu bagi orang lain. Kalau seseorang mengingat tanggal kelahiran kamu, kemungkinan besar kamu adalah 'seseorang' baginya. Kamu adalah orang yang menarik perhatiannya. Kamu semacam punya lahan parkir pribadi di hatinya. Ini murni ro'yiku, ya, haha. Mengucapkan selamat ulang tahun, memberi sebuah kado mungil atau bahkan memberi sebuah kejutan adalah tindakan yang bisa menunjukkannya.
Pasti rasanya bahagia, mendapat kejutan dari sahabat atau orang-orang yang kamu kasihi. Bahagia? Mungkin itu kata yang secara sederhana bisa mewakili perasaan si penerima kejutan. Perasaan atas, apa ya, merasa disayang, dianggap ada, diwongne.. setidaknya itulah yang aku rasakan ketika mendapat kejutan dari teman-teman di tanggal kelahiranku.
Waktu itu, usiaku menjadi sembilan belas dan aku mendapat kejutan dari teman-teman Residence Cie. Malam sebelumnya, teman-teman sedikit mengacuhkanku dan aku pergi tidur tanpa berbicara dengan mereka sebelumnya.
Tahu-tahu tengah malam aku terbangun karena pintu kamarku diketuk berkali-kali dan teman-teman memanggilku dengan tidak sabar. Begitu pintu terbuka, empat wajah sumringah dan bahagia menyambutku yang tak lagi didera kantuk. Selamat ulang tahun! Seru mereka. Satu black forest dan sebotol minuman ringan menjadi pemanis kejutan malam itu.
Waktu itu hampir-hampir saja aku menangis. Terharu dengan perhatian mereka, dan untuk saat itu aku merasa berhasil menjadi 'seseorang' di hati teman-temanku.
Tapi di sudut hatiku yang lain, ada sebuah pengingkaran. Seharusnya ini tidak terjadi. Seharusnya tidak ada ucapan selamat ulang tahun. Setahuku ini adalah kebiasaan kaum lain dan bukan orang islam. Apa Rasulullah memperbolehkannya? Bagaimana kalau Rasulullah tidak menyukainya? Tiba-tiba aku menyesal karena tidak banyak hadits yang kuketahui tentang ini.
Aku yang tak tahu diri ini kemudian hanya bisa mengucapkan syukur dan terima kasih.
Itu bukan satu-satunya kejutan yang kudapatkan. Kejutan lain, salah satunya dari beberapa teman kelas yang datang khusus ke kos membawa tart dan kado seperangkat alat solat. Kado ya, bukan mahar #aduh.
Menurutku ini dilematis. Di satu sisi aku sangat bahagia mendapatkannya, namun di sisi lain aku merasa ini bukanlah hal yang tepat.
Walau demikian, aku harus mengambil langkah, bukan?
Aku mulai pandai mencari-cari alasan ketika beberapa teman mengajakku membuat pesta kejutan ulang tahun teman. Walau hanya bermodal kata 'sibuk', lama-lama agaknya mereka mulai mengerti kalau sebenarnya aku kurang menyukai perayaan ulang tahun, apapun bentuknya.
Ini, sangat kusadari, cukup berpengaruh terhadap hubunganku dengan mereka. Tapi aku yakin insya Allah mereka bermaksud baik dengan menghormati prinsipku yang terasa sangat kaku ini.
Ya, anggaplah aku ini orang yang saklek, karena beginilah aku adanya. Dan, bukan berarti aku tidak pernah ikut dalam perayaan ulang tahun atau mengucapkan selamat ulang tahun pada seseorang. Setidaknya ilmuku sedikit bertambah manfaat ketika meninggalkan hal ini. Dan ini semua tidak lebih sebagai usahaku memurnikan keyakinanku. Aku tidak ingin, nanti Rasulullah tidak mengenaliku sebagai umatnya hanya karena aku meniru kebiasaan selain orang islam. Padahal, beliau pernah bersabda, Barang siapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.
Meski aku tidak bisa menunjukkan rasa sayang atau perhatian lewat ucapan-ucapan selamat ulang tahun, sungguh aku berusaha untuk tidak mengurangi perhatianku pada mereka sahabat dan orang-orang terdekat. Kurasa menyayangi mereka dengan cara yang lain, mendoakan misalnya, bisa lebih bermakna, walaupun konsekuensinya perasaan kesepian dan tak dianggap terkadang muncul. Tapi itu tak terlalu menjadi masalah bukan?
Semoga Allah memberi manfaat dan barokah, tetap dalam rahmatNya dan tetap karenaNya.
P.s.: teruntuk semua sahabatku, terima kasih untuk pengertian kalian dan selalu membuatku merasa nyaman,
ibu, bapak, dan semua mubaligh-mubalighoh yang selalu menjaga dan membinaku, alhamdulillah jazaakumullahu khoiro. :')
***
Hmm.. apa yang orang sebut sebagai ulang tahun itu... menurutku bisa jadi salah satu tolok ukur, seperi apa sih diri kamu bagi orang lain. Kalau seseorang mengingat tanggal kelahiran kamu, kemungkinan besar kamu adalah 'seseorang' baginya. Kamu adalah orang yang menarik perhatiannya. Kamu semacam punya lahan parkir pribadi di hatinya. Ini murni ro'yiku, ya, haha. Mengucapkan selamat ulang tahun, memberi sebuah kado mungil atau bahkan memberi sebuah kejutan adalah tindakan yang bisa menunjukkannya.
Pasti rasanya bahagia, mendapat kejutan dari sahabat atau orang-orang yang kamu kasihi. Bahagia? Mungkin itu kata yang secara sederhana bisa mewakili perasaan si penerima kejutan. Perasaan atas, apa ya, merasa disayang, dianggap ada, diwongne.. setidaknya itulah yang aku rasakan ketika mendapat kejutan dari teman-teman di tanggal kelahiranku.
Waktu itu, usiaku menjadi sembilan belas dan aku mendapat kejutan dari teman-teman Residence Cie. Malam sebelumnya, teman-teman sedikit mengacuhkanku dan aku pergi tidur tanpa berbicara dengan mereka sebelumnya.
Tahu-tahu tengah malam aku terbangun karena pintu kamarku diketuk berkali-kali dan teman-teman memanggilku dengan tidak sabar. Begitu pintu terbuka, empat wajah sumringah dan bahagia menyambutku yang tak lagi didera kantuk. Selamat ulang tahun! Seru mereka. Satu black forest dan sebotol minuman ringan menjadi pemanis kejutan malam itu.
Waktu itu hampir-hampir saja aku menangis. Terharu dengan perhatian mereka, dan untuk saat itu aku merasa berhasil menjadi 'seseorang' di hati teman-temanku.
Tapi di sudut hatiku yang lain, ada sebuah pengingkaran. Seharusnya ini tidak terjadi. Seharusnya tidak ada ucapan selamat ulang tahun. Setahuku ini adalah kebiasaan kaum lain dan bukan orang islam. Apa Rasulullah memperbolehkannya? Bagaimana kalau Rasulullah tidak menyukainya? Tiba-tiba aku menyesal karena tidak banyak hadits yang kuketahui tentang ini.
Aku yang tak tahu diri ini kemudian hanya bisa mengucapkan syukur dan terima kasih.
Itu bukan satu-satunya kejutan yang kudapatkan. Kejutan lain, salah satunya dari beberapa teman kelas yang datang khusus ke kos membawa tart dan kado seperangkat alat solat. Kado ya, bukan mahar #aduh.
Menurutku ini dilematis. Di satu sisi aku sangat bahagia mendapatkannya, namun di sisi lain aku merasa ini bukanlah hal yang tepat.
Walau demikian, aku harus mengambil langkah, bukan?
Aku mulai pandai mencari-cari alasan ketika beberapa teman mengajakku membuat pesta kejutan ulang tahun teman. Walau hanya bermodal kata 'sibuk', lama-lama agaknya mereka mulai mengerti kalau sebenarnya aku kurang menyukai perayaan ulang tahun, apapun bentuknya.
Ini, sangat kusadari, cukup berpengaruh terhadap hubunganku dengan mereka. Tapi aku yakin insya Allah mereka bermaksud baik dengan menghormati prinsipku yang terasa sangat kaku ini.
Ya, anggaplah aku ini orang yang saklek, karena beginilah aku adanya. Dan, bukan berarti aku tidak pernah ikut dalam perayaan ulang tahun atau mengucapkan selamat ulang tahun pada seseorang. Setidaknya ilmuku sedikit bertambah manfaat ketika meninggalkan hal ini. Dan ini semua tidak lebih sebagai usahaku memurnikan keyakinanku. Aku tidak ingin, nanti Rasulullah tidak mengenaliku sebagai umatnya hanya karena aku meniru kebiasaan selain orang islam. Padahal, beliau pernah bersabda, Barang siapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.
Meski aku tidak bisa menunjukkan rasa sayang atau perhatian lewat ucapan-ucapan selamat ulang tahun, sungguh aku berusaha untuk tidak mengurangi perhatianku pada mereka sahabat dan orang-orang terdekat. Kurasa menyayangi mereka dengan cara yang lain, mendoakan misalnya, bisa lebih bermakna, walaupun konsekuensinya perasaan kesepian dan tak dianggap terkadang muncul. Tapi itu tak terlalu menjadi masalah bukan?
Semoga Allah memberi manfaat dan barokah, tetap dalam rahmatNya dan tetap karenaNya.
P.s.: teruntuk semua sahabatku, terima kasih untuk pengertian kalian dan selalu membuatku merasa nyaman,
ibu, bapak, dan semua mubaligh-mubalighoh yang selalu menjaga dan membinaku, alhamdulillah jazaakumullahu khoiro. :')
No comments:
Post a Comment
Berbagi tak pernah rugi, bagilah ilmu Anda kepada kami. :)